Gengs! Kalau quote-quote self-help
itu bisa memberi nyaman perasaan lo ketika lo sedang menjalani resiko dari
keputusan yang lo ambil sebelumnya, good for you! Tapi buat gw si anak
kebanyakan mikir dan menganalisa segala hal ini, hal-hal buruk yang gw alami di
hidup gw faktanya kebanyakan adalah buah dari keputusan salah yang gw ambil
(jika tidak disebabkan oleh manusia-manusia yang hobinya menyusahkan manusia
lainnya). Quote-quote itu, walau tetap gw nikmati membacanya (terutama yang ada unsur sarcasm haha), ga berhasil meredakan
crankiness gw saat gw tau, oh Man, kena zonk gw...hahaha....maapin I’m not
representing the stereotype of positive people.
Trus jadi nyesel ga kes? Salah pilihnya
sih nyesel, tapi the fact bahwa gw “membuat keputusan sendiri" dibanding “membiarkan orang lain memutuskan
untuk gw”, noooo gw ga nyesel.
Jadi gimana cara mengatasi crankiness karena salah ambil keputusan tersebut? Kalau gw, pertama, akuin dulu. Gw bilang sama diri sendiri “eh Kesa, no ini bukan takdir, ini bukan karena semesta ga mendukung, tapi sadarlah LO SALAH LANGKAH!”
Jadi gimana cara mengatasi crankiness karena salah ambil keputusan tersebut? Kalau gw, pertama, akuin dulu. Gw bilang sama diri sendiri “eh Kesa, no ini bukan takdir, ini bukan karena semesta ga mendukung, tapi sadarlah LO SALAH LANGKAH!”
Kedua, harus tau betul salahnya itu dimana. Contohnya ketika gw
ambil kerjaan di perusahaan kontraktor dimana harus bersedia ditempatkan dimana
saja di seluruh negri (sampai ke pelosok nusantara dimana mungkin harga indomie
lebih mahal dari nasi-ayam) dan bekerja hingga sabtu bahkan minggu kalau di
proyek, sedangkan gw baru paham klo gw anak kota banget yang ga tahan sama slow
pace, gw jg harus jagain nyokap, harus deket Bandara Soetta karena dari sanalah kebanyakan pesawat murah keluar negri berangkat, dan gw ga suka kerja di weekend. Disitu gw tau gw
salah pilih kerjaan hahahaha...maap map niii...
Ketiga, gw pakailah organ
pemberian Tuhan yang susah gw istirahatin ini yang bernama otak untuk
mengingatkan gw agar poin-poin tadi gw jadikan bekal untuk mengambil keputusan
berikutnya. Itulah kenapa gw memilih pekerjaan sekarang di Jakarta yang memang
hanya akan di Jakarta. *Disclaimer: gw
suka ke pelosok tapi hanya dalam rangka jalan-jalan bukan bekerja.
Keempat, walau gw harus
memutuskan untuk diri gw sendiri, gw banyak berkonsultasi atau berdiskusi sama
orang yang menurut gw lebih wise atau lebih berlogika dari gw karena sebagai
manusia banyak dari kita yang pikirannya sering kalah sama perasaannya. Beruntungnya
gw, gw dikelilingi sama orang-orang yang superior dari gw cara berpikirnya.
Nyokap gw, masternya tenang dalam membuat keputusan-keputusan sulit, dan sahabat-sahabat
gw yang gw liat masuk akal cara berpikir dan cara hidupnya.
Jadi intinya, menurut gw quote “Everything
happens for a reason” itu betul, tapi tidakkah kalian penasaran reasonnya itu
apa?? Cari tahulah supaya setidaknya kalau kesalahan itu lo lakukan lagi, lo
udah tau cara menanggulanginya. Kaya gw ini yang udah tahu maag, tapi tetap
berkawan dengan kafein. Begitu kumat tinggal toyor pala sendiri, minum
polycillin, trus bilang “lu mamam deh kes tuh maag, yang penting pikiran lo ga
penat..hahaha”.
Oiya selain salah ambil
keputusan, kalau buat gw (dan nyokap gw) kurang sedekah dan mengambil hak orang
lain itu juga bisa jadi salah satu alasan kesusahan hidup, walau versi “mengambil
hak orang lain” tiap orang itu beda-beda tergantung nilai yang dia dapat dari orangtua dan lingkungan tempat dia tumbuh (berat yeee)..